Secara Gaib Mendapat Warisan Ilmu Dari Dewi Naga Selatan Dan Sunan Gunung Jati
Pada era tahun 2000 – 2006 yang lalu atau enam tahun terakhir telah marak aura mistis di seluruh penjuru tanah air. Aura mistis yang terjadi itu karena pengaruh era milenium baru pada gong tahun 2000 tahun Naga Emas. Suasana mistis di tanah air pada enam tahun terakhir itu bukanlah kebaikan tetapi malapetaka, bencana alam; banjir, gempa bumi, kerusuhan, dan krisis moneter yang ditandai dengan inflasi yang naik secara bertahap setiap tahun dan disertai PHK serta pengangguran besar-besaran.
Pada awal tahun 2000 kami berdua Andini dan Rasyad telah menapaki jalur spiritual karena pencarian jati diri kami. Usaha kami yang semakin lama semakin sulit menyebabkan kami harus mencari guru sejati yang dapat membimbing ke arah hakikat jati diri itu sendiri. Pada tengah tahun 2000 kami menemukan jejak guru sejati yaitu sosok waliyullah terakhir di Tanah Jawa. Walaupun dalam alam pikir kami bahwa mustahil kami akan berhasil dengan memasuki dunia spiritual padahal kami termasuk kalangan intelektual dan usahawan yang tidak pernah sama sekali mengetahui seluk-beluk dunia gaib atau dunia spiritual. Bahkan kami tidak tahu siapakah guru sejati yang kami mimpikan itu.
Kegaiban menjadi kenyataan ! suatu penantian panjang yang melegenda dalam sejarah dan dinantikan dari satu generasi ke generasi berikutnya kini menjadi kenyataan. Perjanjian antara Dewi Naga Selatan penguasa Laut Pantai Selatan dengan Sunan Gunung Jati seorang Waliyullah dan tokoh penyebar agama Islam dari Ceribon daerah Jawa Barat pada abad XV kini menjadi kenyataan di Abad Milenium ini.
Perjanjian gaib dan sakral antara dua tokoh yang berbeda alam tersebut kini terwujud dalam bentuk perkawinan antara Andini Naga Hijau (cucu Dewi Naga Selatan atau putri dari Dewi Rara Panas) dengan Sabilal Rasyad bin Mughni bin Malawi bin Tholha yang diyakini sebagai keturunan Sunan Sunan Gunung Jati yang legendaris।
Gambar : Abah H. Mahfudin Guru sejati
Pada suatu hari Abah H. Mahfudin guru mereka mengisahkan lakon gaib tersebut diawali saat Sunan Kalijaga (Syarif Abdurrahman) tengah duduk bertapa di tepi sungai, tiba-tiba muncul seorang wanita berwajah cantik. Wanita itu kerpakaian kemben dan tiara di rambutnya bak putri keraton dengan kain berwarna hijau mengkilap bagai sutera.
Sunan Kali Jaga meyakini bahwa kemunculan putri tersebut merupakan makhluk halus yang sedianya akan mengganggu pertapaan yang sedang ia lakukan.
Dengan
Oleh karena merasa tergoda maka Sunan Kali Jaga menutupi auratnya karena kainnya tersibak oleh hembusan angin, kemudian keluarlah dari larangannya perwujudan sebuah keris Kala Munyeng.
Dewi Rara Panas sontak mundur setapak dari Sunan Kali Jaga dan ia berkata, ” Mohon Nyai jangan mengganggu tapa semedi Saya dan menyingkirlah dari sini”.
Kemudian Dewi Rara Panas pun berkata,”Kang Mas tidak perlu kuatir karena saya diutus oleh Bunda Ratu Kidul untuk menguji seseorang yang tengah bersemedi di daerah ini”.
Tempat pertemuan tersebut yang sekarang dinamai daerah Demak.
Tujuan Dewi Naga Selatan mengutus putri keduanya itu adalah membuktikan ucapan Sunan Gunung Jati yang menundukkannya dalam pertarungan gaib sebelum para Wali Songo mendapat ijin sang Dewi Naga Selatan
untuk menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa.
Sunan Gunung Jati mengatakan bahwa suatu saat jika ada seorang putri dari Dewi Naga Selatan yang berhasil menggoda tapa semedi salah satu anggota wali songo, maka akan terjadi peristiwa berulangnya perjanjian gaib antara Sunan Gunung Jati dan Kanjeng Ratu Kidul mewujud menjadi lelakon yang menentukan di tanah jawa di masa depan.
Kembali kepada kisah pertemuan antara Sunan Kali Jaga dan Dewi Rara Panas.
Setelah Sunan Kali Jaga meminta Dewi Rara Panas untuk tidak menggodanya, maka Nyai Rara Panas berkata,”Kang Mas memintaku menyingkir dengan syarat keris itu harus diserahkan padaku”.
Kemudian dengan sekelebatan tangan Dewi Rara Panas mengayun jemari lentiknya dalam sekejap menangkap Keris Kalamunyeng dari Sunan Kali Jaga.
Lalu ia berkata kembali, ”Setelah mendapat keris ini saya akan pamit mundur dari hadapan Kang Mas”. Sunan Kali Jaga cukup terkejut dengan kesaktian putri Dewi Naga Selatan
Setelah menyematkan keris ke dalam lipatan selendang di pinggangnya lalu Dewi Rara Panas ia memberi salam hormat dengan menunduk dan sekelebatan tangan kanannya memutar selendang hijaunya ia terpental bagai kitiran angin menuju keatas dan menghilang seketika.
Setelah tapa semedi Sunan Kali Jaga diselesaikan, ia berangkat menuju Jawa Barat tepatnya di Pantai Utara daerah Cirebon untuk menemui Sunan Gunung Jati.
Pertemuannya dengan Dewi Rara Panas dan kejadian aneh yang dialaminya dalam proses Tapa Semedinya di daerah Demak disampaikan kepada Sunan Gunung Jati.
Dalam percakapan itu Sunan Kali Jaga menjelaskan bahwa keris yang mewujud keluar dari larangannya berupa keris Kala Munyeng telah dititipkan kepada Dewi Rara Panas. Mendengan penjelasan tersebut barulah Sunan Gunung Jati berkata, ” Suatu saat ada keturunanku dari Pangeran Manggara Jati yang akan mendampingi keturunan Dewi Rara Panas.
Keesokkan harinya Sunan Gunung Jati menemui Dewi Naga Selatan di Gunung Selok daerah Pantai Selatan di Cilacap Jawa Tengah.
Dalam pertemuan itu Sunan Gunung Jati berkata, ”Dewi Naga Selatan kelak akan ada keturunanku yang akan mampu mendampingi turunanmu yang akan mewujud ke alam manusia dan akan berjodoh pula dengannya”.
Dewi Naga Selatan kemudian bertanya dengan penuh perhatian, ”kalau begitu jika suatu saat ada seorang cucuku yang akan aku turunkan mewujud menjadi manusia sejati maukah diantara golongan wali ini yang akan menjaganya Kanjeng Sunan?”.
Sunan Gunung Jati menjawab tegas,” Baiklah Nyai Ratu suatu saat nanti putrimu Dewi Rara Panas akan menurunkan seorang putri ke dunia manusia itu akan mempunyai kekuatan ilmu dari Keraton Kidul berkat penyatuan di dalam badannya Keris Kala Munyeng ini dan dia akan mendapat penjagaan dari keturunanku sendiri yang terpilih dan di suatu saat yang tepat”.
Itulah takdir yang akan menjadi kenyataan dengan dibuktikan oleh peristiwa gaib antara Sunan Kali Jaga dengan Dewi Rara Panas di daerah Demak.
Takdir itu akan muncul beratus –ratus tahun kemudian setelah lelakon antara kami wali Songo dan golonganmu Keraton Kidul ini berakhir. Dalam pertemuan gaib itu Sunan Gunung Jati dan Dewi Naga Selatan sepakat bahwa keturunan mereka akan berjodoh dan menjadi suami istri.
Sebelum Dewi Naga Selatan menghilang dalam kabut putih yang akan menyelubunginya dalam kekuatan alam spiritual yang tidak bisa ditembus oleh manusia biasa itu berkata,”Mudah-mudahan kesepakatan ini akan menjadi kenyataan, bukan begitu Kanjeng Sunan?”.
Dengan tersenyum Sunan Gunung Jati mengangguk menyatakan setuju.
Tiba-tiba gemuruh angin menbahana tanda akan kedatangan kerabat Keraton menjemput beliau.
Dewi Naga Selatan didampingi ketiga Putrinya yakni Dewi Rara Blorong, Dewi Rara Panas dan Dewi Rara Ningrum beserta panglima, patih, para pandito, para dayang-dayang, para bibi emban, serta pasukan keraton memberi salam penghormatan terakhir kepada Sunan Gunung Jati.
Hanya dengan satu siulan saja kabut putih menghilangkan penampakkan Dewi Naga Selatan beserta punggawanya dan disusul bergulungnya ombak laut dan buih putih memecah pantai.
Demikianlah dengan adanya perjanjian gaib tersebut suatu masa nanti akan muncul ke alam manusia putrinya Dewi Rara Panas yang telah digariskan berjodoh dengan salah satu turunan Sunan Gunung Jati Salah satu wali songo yang legendaris.
Demikianlah penuturan Abah H. Mahfudin mengenai awal lelakon mulia di tanah Jawa. Beliau berpesan, ” Nok Andini dan Rasyad selalu beribadah disertai kesabaran sehingga masa-masa yang sulit yang dialami dapat menjadi wahana bagi penempaan olah spiritual agar dapat memainkan lelakon Tanah Jawa ini”.
Pendapat guru mereka tersebut selaras juga dengan kejadian sebelumnya. Dan dijelaskan pula bahwa jauh sebelum itu di zaman Syekh Abdul Qodir Jaelani pernah mengatakan akan terjadi peristiwa gaib antara Sunan Kali Jaga dan Dewi Rara Panas yang seperti disebutkan cerita di atas, yakni peristiwa yang mengawali lelakon Tanah Jawa kembali ke Era kejayaannya di masa kini.
Pada kisah yang dimuat dalam salah satu majalah ibu kota di awal tahun 2001 bahwa ada seorang cucu Dewi Naga Selatan yang bernama Putri Andini Kencana Rara Sati yang telah muncul di Jakarta. Setelah diterbitkan berita itu maka tepat pada bulan Pebruari 2001 terjadilah banjir besar yang berskala berat telah melanda ibukota Jakarta.
Kemudian setelah melakukan konsolidasi dan komunikasi dengan insan pers selama lima tahun pasca penerbitan kisah pertama kali, maka pada bulan April 2006 kisah sejati Andini Rohmah kembali ditayangkan। Majalah tersebut bernama Variasari dengan gaya penuturan yang khas mampu menyedot perhatian khalayak ditandai dengan meningkatnya permintaan cetak tambahan. Tajuk berita yang mengemuka tersebut diberi judul ”Serial Cerita Andini Naga Hijau Kencana”.
Gambar : Serial Andini dimuat di Majalah Variasari
Kisah serial Andini secara ringkas diaturkan bahwa putri Andini sebelumnya telah hidup sebagai putri keraton Dewi Naga Selatan (istana Laut Selatan) di alam Halus. Sebagai seorang putri ia mendapat banyak pengawalan dari ratusan punggawa terpilih diantaranya Andana-Andini, Dewi Kencana Ungu, Dewi Rara Kuning, Naga Pesona dan masih banyak lagi. Putri Andini sebenarnya memiliki sukma sejati Ular Naga berwarna Hijau. Namun untuk disempurnakan sebagai manusia sejati ia harus diasuh oleh salah seorang Waliyullah dari Karawang yang pernah berguru pada kakek suaminya kelak yang berasal dari keturunan Sunan Gunung Jati.
Atas kuasa Allah SWT akhirnya Andini benar-benar menikah dengan Sabilal Rasyad bin Abdul Mughni keturunan Sunan Gunung Jati yang sebelumnya hubungan mereka sebagai teman mendapat halangan rintangan dan suka duka yang panjang dan melelahkan. Apabila dirunut dari garis keturunan Sunan Gunung Jati, maka Sabilal Rasyad adalah turunan kesebelas tepatnya dari jalur Pangeran Manggara Jati yakni anak tertua yang terpilih dari Sunan Gunung Jati.
Gambar : Kemunculan Naga Perak adalah tanda
Munculnya Naga Menjadi manusia
Pada saat munculnya ke alam dunia manusia, Andini sama sekali belum yakin bahwa ia sebenarnya bukan golongan dari manusia melainkan berasal dari alam jin. Namun sudah menjadi suratan takdir Sang Khalik, akhirnya dalam pencarian jati dirinya Andini dan suaminya Sabilal Rasyad bertemu dengan seorang waliyullah dari Kerawang bernama Syekh Mahfudin bin Carban alias Warta.Beliau mendapat ilmu turunan dari Sunan Gunung Jati berkat bergurunya dengan Syekh Tolha dari Cirebon Buyutnya Sabilal Rasyad.
Syekh Mahfudin bin Carban inilah yang mengajarkan mereka Ilmu Syariat, Thorekat, Hakekat dan Makrifat. Beliau adalah Mursyid dari aliran Thorekat Qadariyah Wan Naqsabandiyah.
Berdasarkan keterangan dan bukti-bukti yang diutarakan gurunya itu maka Andini Naga Hijau baru yakin bahwa ia adalah keturunan asli Dewi Rara Panas sang tokoh gaib yang dikenal dengan nama julukan Dewi Roro Kidul Penguasa Pantai Selatan.
Selama dua tahun Andini Naga Hijau dan Sabilal Rasyad mendalami ilmu kewalian dari guru mereka.
Oleh karena itu perjanjian Sunan Gunung Jati dan Dewi Naga Selatan telah berwujud tidak hanya dalam perkawinan fisik namun juga dalam bentuk ilmu kewaskitaan dan karomah wali songo, yakni dengan menurunkan ilmunya Dewi Naga Selatan dan Sunan Gunung Jati Kepada Masing-masing keturunannya itu.
Mereka mempunyai misi untuk menolong sesama manusia dalam kesulitan mengarungi liku-liku kehidupan baik masalah Jasmaniah dan rohariah akan diselesaikan dengan tuntas dan keikhlasan.
Prosesi Putri Andini Kencana Rara Sati berpindah Alam
dan menjadi Manusia Sejati.
Nama lengkap Andini dalam masa di keraton Laut Selatan adalah Andini Naga Hijau Kencana Rara Sati..Naga Hijau adalah badan sukmanya sedangkan nama wujud putri yakni tubuh halus sebagai putri keraton adalah Andini Kencana Rara Sati. Andini adalah putri sulung Dewi Rara Panas. Adik dari Andini yang belum pernah ia temui di alam halus keraton Laut Selatan adalah bernama Andini Suci Rahayu. Mengapa demikian? Karena pada saat prosesi pemindahan atau transformasi Andini dari alam halus ke alam nyata Andini Suci Rahayu belum dikeluarkan dari tubuh ibunya Dewi Rara Panas.
Kerajaan Laut Selatan yang dipimpin Bunda Dewi Rara panas atau Dewi Roro Kidul sedangkan nenek Dewi Naga Selatan atau Dewi Ratu Kidul tidak lagi memegang pemerintahan melainkan hanya sebagai penasehat kerajaan atau seperti Ibu Suri. Pada masa kanak-kanak aku merupakan putri yang sangat disayangi dan dilindungi. Para dayang-dayang yang mengajakku bermain, semuanya berilmu tinggi, begitu pula para punggawa pria yang menjagaku selain mempunyai kekuatan mereka juga memegang berbagai persenjataan. Namun para pengawalku tersebut bukan berasal dari bangsa jin melainkan bangsa siluman.
Pernah suatu ketika kami bermain-main sampai ke pantai. Entah mengapa aku minta diantarkan kereta kencana yang diikuti pasukan berkuda dari istana Laut Selatan menuju tepi pantai. ”putri mengapa hendak pergi jauh ke pantai? Bukankah bermain di keputren saja sudah cukup”, tanya dayang. ”Mbok aku lihat di kaca benggala ada batu-batu permata berkilauan di pantai. Aku ingin bermain kesana bersama Pan dan Pin (saudara kembar laki-laki sepupunya anak dari Dewi Rara Blorong)”, jawabku tegas. Usiaku kala itu 3 tahun menurut ukuran anak manusia tetapi umurku sudah 500 tahun pada umur anak jin. Pan Pin lebih tua dariku kira-kira usia seperti anak manusia adalah 5 tahunan. Kala itu adiku Andini Suci Rahayu belum ada.
Setibanya dipantai aku berlarian kian kemari. Pan dan Pin berguling-gulingan di atas pantai. Anehnya semua pengawalku berubah wujudnya menjadi pasukan capung (Punggawa) dan kupu-kupu (dayang-dayang). Kemudian aku mengerutu sendiri, ”huh dasar para siluman seenaknya aja merubah diri”. Tapi dalam benakku tidak ada rasa ketakutan karena pasukan itu semuanya berilmu tinggi. Lagipula seorang dayang mengatakan jika di pantai berhati-hatilah karena memasuki dunianya manusia. Katanya para manusia tidak menggunakan ilmu silat untuk berkelahi melainkan menggunakan senapan berpeluru tajam. Tidak jauh dari panti aku melihat sebuah pohon menjorok ke pantai. Ketika sedang mengumpulkan permata-permata aku berlari menuju pohon itu. Pan dan Pin berteriak, ”andini jangan kesana, disana ada anak manusia”. Ternyata benar di pohon itu terlihat anak manusia berumur 6 tahunan sedang bergelantungan sambil menangis.
Aku bertanya, ”sedang apa kamu di sini”, aku disini tersesat, ketika bermain layangan aku mengejarnya lewati hutan dan sampai ke pantai ini. Padahal hari sudah malam. Huu..hu.. tolong aku”, jawab anak kecil itu ketakutan. Sekali sulit semua pasukan berwujud kembali ke diri asal siluman mereka yang kupu-kupu menjadi para putri duyung dan yang capug menjadi para Punggawa berkepala anjing. Anak kecil itu bersungut-sungut ketakutan. ”Hei jangan takut, mereka pengawalku, mereka tidak jahat. Dan kami akan mengantarkanmu sampai ke rumahmu”, kataku dengan tegas, kemudian anak kecil itu naik kereta kencana bersamaku dan Pan Pin. Kami terbang melintas hutan dan perbukitan dan sampailah kami ke sebuah rumah berderet tempat anak kecil itu tinggal.
Demikian Abah mengatakan bahwa anak kecil itu adalah Sabilal Rasyad waktu kecil yang memang hilang selama satu minggu ke alam Jin. Dan setelah keluarganya menemukan kembali sabilal yang tertidur di teras mereka sangat senang, namun Sabilal tidak sedikitpun bercerita banyak pengalamannya. Sabilal pun mengakui bahwa ia memang pernah hilang karena bermain sampai menjelang maghrib.
Andini dilahirkan sebagai bayi Jin atas perjanjian antara Ibu suri (nenek dewi ratu kidul) dan Sunan Gunung Jati di masa lalu pada abad XVII. Sedangkan yang dititipkan untuk mengeluarkan putri Andini adalah Bunda Rara Panas atau Roro Kidul. Dan suatu ketika Ibu Suri berkata kepada Bunda,” Jeng putrimu sudah besar dan sudah cukup untuk dilahirkan sebagai manusia berdasarkan perjanjianku dengan kanjeng Sunan”. ”Tapi Bunda, putriku masih terlalu kecil, kasihan ia masih senang bermain di keputren bersama saudaranya yang lain”, Jawab bunda kepada Ibu Suri memelas, ”Tidak Jeng, justru karena ia masih kecil maka belum banyak pengalaman hidup yang bisa dia ingat ke masa lalu di negeri ini, agar nantinya ia menjadi manusia yang tegar”, balas Ibu Suri dengan bijak, ”Baiklah kalau begitu terserah Bunda saja”, dengan menjawab sambil tersengguk bunda lari meninggalkan Ibu Suri menuju kamarnya.
Akhirnya pada bulan purnama awal tahun jawa (satu suro) aku dimandikan dengan air kembang. Suasana kerajaan sangat tegang dan hening. Upacara dipimpin Ibu Suri dekat denganku yang sedang dimandikan oleh para dayang. Ibu Suri mengumumkan bahwa Putri Andini akan melakukan perjalanan jauh. Semua hadirin para penggawal, panglima, menteri dan pepunden Tanah Jawa memperhatikan dengan seksama. Tiba-tiba Ibu Suri menjunjung sebuah telur emas di tangannya dan diletakkan dikepalaku. Sedangkan aku yang bermandikan kembang dan berkemben hijau hanya terus cekkikan tidak mengerti apa-apa. Pan dan Pin juga membalasnya dengan menjulurkan lidahnya. Namun tiba-tiba hadirin terhenyak ketika Nenek Dewi meniupkan telur emas dikepalaku dan diriku hilang dari pandangan mata.
Gambar : Ilustrasi Suci Rahayu dan Rara Kuning
Ketika diriku berada di dalam telur emas itu aku berteriak-teriak, ”Nenek Dewi ini Andini mau dibawa kemana, tolong buka”, namun suaraku tak terdengar aku merasa gelap dan tidak tahu apa-apa lagi. Ibu Suri mengumumkan bahwa telur emas ini akan dititipkan ke keluarga manusia yang masih keturunan Jawa untuk melanjutkan kehidupan Putri Andini di alam dunianya manusia. Namun tak satupun hadirin yang mengetahui untuk misi apakah Andini dilahirkan ke alam dunia.
Setelah perhelatan itu Nenek Dewi diikuti para pengawal keluar dari istana melakukan perjalanan jauh ke sebuah kota besar yakni Jakarta. Ditengah kota tersebut ada sebuah kampung yang bercahaya kemilau. Ternyata kampung itu adalah daerah bernama Slipi. Nenek Dewi turun dan mencari terus keluarga yang masih ada keturunan Jawa. Kebetulan sebuah keluarga baru tampak jelas dimata Nenek Dewi yakni pasangan Sutjipto dan Suharti. Nenek Dewi setelah melihat mereka hilang dari pandangan mata ketika mendekati pasangan itu yang sedang minum teh bersama keluarganya, akhirnya Andini ditiupkan ke pasangan pengantin baru tersebut yang pada kemudian hari setelah 8 bulan dalam kandungan, Andini akan lahir berwujud baru sebagai anak manusia.
Setelah pasukan Nenek Dewi menjauh dari rumah pasangan itu, Nenek Dewi terpana oleh cahaya kemilau salah satu rumah di daerah Slipi juga . Setelah Nenek Dewi membuka tabir kaca benggala maka terlihat jelas bahwa pemilik rumah tersebut adalah keluarga H. Mughni yang masih keturunan Kanjeng Sunan Gunung Jati. ”Nah Rara Kuning (tangan kanan bunda) lihatlah rumah itu nanti akan tumbuh anak laki-laki pasangan putriku. Namun perjalanan panjang akan dilalui mereka berdua yang akhirnya akan terjadi perjodohan mereka berdua pada masa negeri ini sedang sulit”, kata Nenek Dewi dengan tegas. Akhirnya Rara Kuning itulah penglimanya Bunda yang dititipkan untuk menjaga nantinya selama di alam dunia.
Setelah hilangnya putri Andini dari keraton Dewi Naga Selatan , banyak dayang-dayang yang merasa sunyi.Walaupun telah lahir bayi putri adik Andini bernama ”Suci Rahayu”. Namun entah mengapa para dayang masih membayangi bila bermain bersama putri Andini. Nah akhirnya timbul ide yang kurang baik dari para dayang-dayang, bahwa mereka akan menarik semua akan manusia berpakaian hijau bagaikan Putri Andini yang hilang ketika menggunakan kemben hijaunya. Demikianlah kisah dimana aku berpindah alam dari alam jin menjadi dilahirkan sebagai anak manusia.
Andini dengan ilmu kewaskitaannya mempunyai
kekuatan Ilmu Ketabiban para walisongo
Pada akhir tahun 2000 setelah Andini dan suaminya Sabilal Rasyad bertemu dengan guru sejatinya yakni Abah Haji Mahfudin, mereka memulai babak baru petualangan dalam kehidupan spiritual. Sambil berdagang sembako dengan mobil toko (Moko) yang mereka miliki, mereka juga mendatangi berbagai tempat bersejarah terutama bangunan Masjid dan pulang pergi ke Karawang untuk belajar mengaji dengan Abah H. Mahfudin.
Walaupun mereka dalam kegamangan yakni timbulnya pertanyaan mau jadi apakah nanti setelah lulus dalam ‘pendidikan spiritual’ mereka dari Karawang? Namun tekad nurani dan kata hati mereka sangat kuat bahwa suatu saat nanti Allah SWT akan memberi petunjuk dan hidayahNya jalan yang mereka tempuhi ini.
Sudah banyak uang yang mereka habiskan untuk perjalanan dan biaya makan-minum selama mereka beraktivitas non bisnis. Alhasil uang bensin dan biaya makan serta akomodasi mereka impas bahkan nombok dari simpanan uang mereka bahkan modal usaha mereka dalam penjualan sembako dan kerajinan tangan. Bahan sembako yang mereka jual pun pada saat itu laku keras yakni minyak goreng, beras cianjur, dan gula. Adapun kerajinan tangan yang mereka jual adalah pin, bros, gantungan kunci, kipas tangan, baju batik, dan kain.
Kilas balik pada tahun 1999 setahun sebelum bertemu guru sejati, mereka melakukan anjang sana ke tempat ulama-ulama atau orang-orang yang telah dipersepsikan masyarakat sebagai tokoh agama Islam yang taat. Mereka melakukan perjalanan yang sangat jauh yakni dari Jakarta ke ujung barat Banten dan ke Ujung Timur Jawa yakni Nusa Tenggara Barat (NTB) tepatnya Mataram.